Ditulis Oleh: Seliweliani, S.Pd.
Sifat memaafkan itu jauh lebih mulia daripada membalas dendam kepada orang lain.
Kelinci putih yang bernama Vini terlihat kesal. Dia kesal karena makanannya dihabiskan oleh Popo, si kelinci hitam. Kekesalannya pun dipendam dalam hati. Bebe, kucing belang nan gagah adalah sahabat Vini. Dia menghampiri Vini.
“Hai, Vini, kenapa kamu terlihat kesal begitu?” tanya Bebe.
“Aku kesal sama Popo. Lihat saja pembalasanku. Dia akan kubuat kelaparan,” jawab Vini dengan emosi.
“Ssst, balas dendam itu tidak baik dan tidak menyelesaikan masalah,” ujar Bebe menasihati.
“Tapi dia sudah mengambil jatah makananku. Semua wortelku dimakannya. Aku sampai kelaparan,” jawab Vini dengan nada kesal.
“Sudahlah, memaafkan jauh lebih baik. Ayo, aku antar menemui Pipi,” ujar Bebe.
“Pipi, siapa?” tanya Vini penasaran.
“Pipi itu kakaknya Popo. Dia sangat ramah dan baik hati,” ujar Bebe
Akhirnya Vini dan Bebe pergi menemui Pipi. Mereka menceritakan tentang perilaku Popo. Pipi menggelengkan kepala seolah menyesali perilaku adiknya. Lalu Pipi memberikan wortel kepada Vini untuk menggantikan wortel yang diambil Popo.
Tidak lama kemudian Popo datang. Pipi langsung menyuruh Popo untuk meminta maaf kepada Vini.
“Maafkan aku ya, Vini.” ucap Popo.
“Ya, Popo, jangan diulang lagi ya!” jawab Vini sambil tersenyum.
“Bagaimana, Vini? Tidak perlu balas dendam kan? Yang penting kamu sudah mendapatkan wortel bagianmu. Silakan dimakan wortelnya!” ujar Bebe.
Kemudian Bebe pun pamit. Dia merasa senang karena Vini tidak melakukan balas dendam kepada Popo. Vini merasa tenang karena tanpa harus membalas dendam, dia sudah menerima haknya kembali. Vini menyadari bahwa memaafkan itu jauh lebih baik daripada harus membalas dendam. ***